Sesungguhnya ikatan yang mengikat orang-orang dalam agama ini adalah ikatan yang khas yang menjadi keistimewaan agama ini, dan ia terkait dengan pandangan, misi, dimensi, dan tujuan yang hanya dimiliki manhaj rabbani yang mulia ini.
Ikatan agama ini (Islam) bukan ikatan darah, nasab, dan bukan ikatan tanah air dan bangsa, bukan ikatan kaum dan warga, bukan ikatan warna kulit, dan bahasa, bukan ikatan ras dan suku, juga bukan ikatan profesi dan status sosial. Sesungguhnya semua ikatan ini, tanpa terkecuali, kadang terjalin, lalu terputus hubungan antara individu-individunya, seperti yang difirmankan Allah Subhanahu wata'ala kepada hamba-Nya, Nuh alaihis salam kala ia berseru, "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku". Dia berfirman kepadanya :"Hai Nuh, sesungguhnya ia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), "Kemudian Dia menjelaskan mengapa putranya menjadi bukan putranya, "Sesungguhnya (perbuatannya perbuatan yang tidak baik. "Ikatan iman telah terputus antara kalin berdua wahai Nuh. "Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tiak mengetahui (hakikatnya). "Engkau mengiranya sebagai anakmu, tetapi prasangkamu ini keliru. Hakikat sebenarnya yang meyakinkah adalah ia bukan termasu keluargamu, meskipun ia adalah anakmu dari tulang sulbimu!
Ini adalah rambu jalan yang terang dan jelas, saat manusia dipersimpangan jalan, ia menjelaskan sudut agama ini terhadap ragam tali ikatan. Ia menjelaskan sudut-sudut pandang jahiliyah yang kejahiliyahan-kejahiliyahannya menjadikan ikatan, kadang dari darah dan nasab, kadang dari tanah air, kadang bangsa, kadang kaum, kadang dari warna kulit, dan kadang bahasa, kekadang dari ras dan suku, dan kadang dari profesi dan status sosial. Kadang dari kepentingan-kepentingan bersama, sejarah bersama, atau masa depan bersama, kesemuanya adalah konsep jahiliyah - baik yang bersatu maupun yang bercerai - yang bertentangan secara diametral dengan konsep Islam!
Manhaj Rabbani yang orisil - yang mengejawantah (nyata) dalam al-Qur'an dan dalam petunjuk-petunjuk Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam yang merupakan petunjuk ke sesuatu yang paling benar dan mendidik umat Islam dengan landasan utama dan rambu yang terang di persimpangan jalan ini.
Perumpamaan yang digunakan al-Qur'an dalam kisah Nuh alaihis sallam dan anaknya - kisah yang sangat luar biasa yang mempunyai ikatan emosional, tetapi Nuh alaihis sallam tetap dilarang oleh Allah Ta'ala, karena anaknya tetap menolak beriman. Kisah Nuh alaihis sallam dengan anaknya menerangkan beragam hubungan dan ikatan jahiliyah yang lainnya.
Tidak ada ikatan yang benar (haq) kecuali ikatan yang berdasarkan aqidah Islam. Sedang ikatan-ikatan dan hubungan lainnya, hanyalah paham jahiliyah. Kaum Muslimin harus meninggalkan semua ikatan dan hubungan yang bersifat jahiliyah itu. Wallahu'alam.Selanjutnya
N'N:Anda berjuang demi bangsa atau agama?
No comments:
Post a Comment