Tuesday, May 24, 2011

Ikhwanul Muslimin Tunggu 60 Tahun untuk Dapatkan Pejabat. Baca Juga Sejarah Ikhwanul Muslimin dengan Penjara Mesir.

http://ismashahalam.net/v2/wp-content/uploads/2010/11/ikhwanul-muslimin.jpg

Ikhwanul Muslimin Mesir Sabtu lalu telah membuka markas baru mereka di Kaherah setelah 60 tahun diharamkan, dalam upacara yang dihadiri oleh para pegawai dari parti Islam Turki.

Wakil pemimpin Felicity Party, atau SP, Hasan Bitmez dan anggota dewan Oğuzhan Asiltürk berada di antara tokoh politik dari Mesir, Jordan, Malaysia, Nigeria, Somalia dan Turki yang menghadiri upacara pembukaan di daerah Moqattam bersama dengan para intelektual, calon capres dan tokoh penting Mesir lainnya.

"Selama 60 tahun kami dianggap sebagai kelompok haram, kami digerebek dan ditangkap oleh polis sepanjang waktu, namun sekarang kami memiliki pejabat pusat yang legal secara undang-undang dan bahkan kami boleh menempatkan logo Ikhwanul Muslimin di depan pejabat kami," kata salah satu pemimpin Ikhwanul Muslimin, Dr. Ashraf Abdulgaffar, mengatakan kepada Hurriyet Daily News pada hari Ahad lalu (22/5).

sumber

Sejarah Ikhwanul Muslimin dengan Penjara MESIR:

Sampai hari ini tidak pernah berhenti pemerintah Mesir dari memenjarakan kader dan tokoh-tokoh Ikhwan. Mereka mengalami penyeksaan yang tiada bandingannya. Penyeksaan yang sangat kejam, dan terus berlangsung, tanpa pernah berhenti. Rejim yang berkuasa di Mesir terus mengirimkan kader dan tokoh-tokoh Ikhwan ke penjara-penjara militer. Tujuannya yang berkuasa di Mesir, menginginkan agar Ikhwan berhenti menjalankan misi dakwahnya.

Berhentikah misi dakwah Ikhwan? Tidak pernah. Mereka terus mengajarkan dan mendidik masyarakat untuk memahami, menerima, menyakini, dan mengamalkan Islam. Hampir seluruh pemimpin Ikhwan, mereka paling sedikit pernah dipenjara selama 20 tahun. Tapi kehidupan itu dijalani dengan penuh kesabaran dan tawakal. Mereka tetap kokoh dengan cita-citanya. Tidak lantas mau menggadaikan keyakinan dan menukar dengan hanya setitik kenikmatan dunia, berupa kekuasaan.

Hasan Al-Banna, meninggal ditembak di jalan, dan ketika dibawa ke rumah sakit, tak ada doktor yang menolongnya. Saat dibawa ke kuburan tak diizinkan pengikutnya mengantarkan jenazahnya, kecuali keluarganya, anak dan isterinya. Selebihnya, penggantinya seperti Hasan Hudaibi, Umar Tilminasi, Hamid Abu Nashr, Mustafa Masyhur, Ma’mun Hudaibi, Mahdi Akif, dan sekarang Muhammad Badie, mereka yang terpilih sebagai Mursyid ‘Aam Ikhwan itu, pernah menjalani kehidupan di penjara dalam kurun waktu yang panjang.

Tak sedikit para tokoh Ikhwan itu, yang mengakhiri kehidupannya dengan keyakinan yang teguh, dan menerima dengan penuh keikhlasan, kerana itu menjadi cita-cita tertinggi mereka, iaitu ‘al mautu fi sabilillah asma amanina’ (mati syahid adalah cita-cita tertinggi kami). Mereka telah membuktikan dengan tulus. Sayyid Qutb, di saat berada ditiang gantungan, sebelum hukuman itu, dilaksanakannya, dibisiki oleh pejabat Mesir, agar Qutb mahu bersama-sama dengan Gamal Abdul Nasr, tapi orang kedua sesudah Hasan al-Banna, di bidang pemikiran itu, memilih digantung. “Aku tak akan pernah menukar keyakinanku dengan apapun”, ucapnya sebelum digantung.

Banyak tokoh Ikhwan, seperti al-Qardhawi, Sayyid Qutb, Yusuf Hawasy, Abdul Fatah Ismail, Muhammad Firgali, Yusuf Thala’at, Handawi Duwair, Ibrahim Thayib, Muhammad Abdul Latif, Ali Audah, dan lainnya, mereka bisa hidup dimanapun dengan penuh lapang. Tak ada yang syak atas janji Allah Azza Wa Jalla. Maka, mereka dapat menerima keadaan apapun yang mereka hadapi, termasuk pahitnya penjara militer Liman Turoh, yang penuh dengan kekejaman itu. Mereka dicambuki, dihenyak dengan anjing yang besar, digantung dengan hanya satu kaki, berbagai penyiksaan lainnya, tak membuat mereka bergeming dengan ‘ghoyah’ (tujuan) yang hendak mereka wujudkan, yaitu kehidupan akhirat yang penuh kemuliaan, dan mendapatkan redha dari Allah Azza Wa Jalla.

Mengapa para kader dan tokoh-tokoh Ikhwan mampu tetap bertahan dalam kehidupan yang amat sulit itu? Tak lain, kerana mereka telah menjadikan Al-Qur’an sebagai belahan hati, pelita cahaya dalam kesedihan mereka. Mereka tak pernah lepas dengan al-Qur’an. Hampir setiap kader dan tokoh Ikhwan telah menjadikan Al-Qur’an wirid harian mereka. Mereka selalu membaca al-Qur’an. Mereka menghafal al-Qur’an, mempelajari isinya, dan terus berusaha memahami ertinya. Luar biasa. Tak ada sel yang sepi dari bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan para ikhwan di dalam sel. Mereka umumnya menguasai pembacaan al-Qur’an dengan baik, dan mengetahui hukum tajwid.

N'N: Semangat Ikhwanul Muslimin selalu bersama para Mujahid seluruh dunia.

No comments: