Sunday, July 24, 2011

Jangan Pernah Perlekeh Cerita Dongeng Aladin, Kerana Ia Berjaya Memupuk Keyakinan Monica Granath Terhadap Islam.



Pengenalan Iman Monica Granath dengan Islam, dimulai sejak masa kanak-kanak. Tepatnya, setelah dia menyukai dongeng-dongeng Timur Tengah, termasuk kisah Aladin.”Saya selalu tertarik pada budaya yang berbeza, Saya suka belajar bahasa. Ketika saya masih kecil, saya gemar berdandan sebagai puteri Arab seperti di kisah-kisah Aladin,” katanya.


Ketika remaja, ia menyedari tak semua Arab adalah Muslim. Dia bersekolah dengan beberapa orang Arab Kristian, yang semuanya begitu bangga mengenakan kalung salib besar di lehernya. Dia tersedar, keimanan bukan soal keturunan. Keyakinan adalah soal hati.

Granath kemudian belajar bahasa Arab di Universiti Stockholm. Di kampus ini, keyakinannya akan Islam semakin terpupuk. Di usia 20 tahun, ia memutuskan menjadi mualaf.

Granath kemudian memutuskan menikah dengan seorang Muslim Palestin dari Gaza. Pasangan itu hidup di antara dua kota dan dia membuat blog tentang pengalaman mereka, baik dan buruk. Blog-nya menjadi terkenal di Timur Tengah.

“Kami punya banyak perbezaan, menikah dengan seorang lelaki lain budaya memerlukan banyak penyesuaian. Tentu saja kami berbagi beberapa idea umum tetapi apa yang ia nilai dan suka kadang-kadang sangat berbeza dari penilaian masing-masing,” katanya.

Granath memakai jilbab sekarang. Meskipun penelitian terbaru dari Uppsala University yang menyatakan bahwa 50 peratus publik Sweden ingin untuk melarang jilbab di sekolah dan tempat kerja, dia tidak merasa didiskriminasikan.

Walau kadang, katanya, orang kerap menilainya berdasarkan pilihan berpakaian. “Kadang-kadang aku merasa orang mengira aku tidak pintar hanya kerana mereka melihat cara saya berpakaian,” katanya.

Bagi sebahagaian orang, katanya, pilihan busananya merupakan bentuk kemunduran. “Tapi bagi saya itu merupakan pilihan gaya hidup sihat dan lebih spiritual, dengan kesadaran diri dan lingkungan. Saya memiliki pekerjaan sejak awal saya menjadi mualaf, tak masalah,” katanya.

Ia bersyukur, mempunyai keluarga dan teman-teman yang berfikiran terbuka. “Mereka mungkin berfikir saya sedikit aneh tapi mereka masih memperlakukan saya seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Saya pikir itu juga kerana saya sendiri memiliki keperibadian yang liberal dan berpikiran terbuka, saya telah membuat banyak kompromi ketika mengunjungi keluarga saya,” ujarnya.

Ia mencontohkan fkelsibiliti yang dimaksudnya. Ia memang kerap menahan diri untuk tidak berjabat tangan dengan lawan jenis. “Tetapi dalam keluarga saya, saya memeluk mereka, kerana itu adalah bagaimana kita melakukannya di sini. Tapi saya tidak merayakan Krismas lagi. Itu yang membuat mereka sangat sedih.”

Ketika ditanya apakah ia pernah merasa ingin menyerah ketika menjadi seorang Muslim, ia menjawabnya dengan lawak, Saya menyerah ketika melihat orang-orang yang good looking.”

Ia menjadi satu dari sekitar 5 ribu mualaf Swedie. Bersama Helena Benauoda, pimpinan organisasi Muslim Sweden, ia pernah dijuluki sebagai “wanita yang melawan arus”; di saat semua bergegas menjadi liberal dan sekular, keduanya malah memilih Islam.

Secara keseluruhan, populasi Swedia berjumlah 9 juta, 300 ribu hingga 400 ribunya beragama Islam.

sumber


N'N: Ya Allah aku bersyukur kerana lahir dalam agama yang sempurna dan Engkau redhai yakni Islam.

No comments: